PT Pertamina (Persero) mengalokasikan dana sebesar Rp3 miliar untuk mendukung pengembangan riset, mentoring intensif, serta peluang kolaborasi bagi 25 akademisi dan peneliti terpilih. Dukungan ini diberikan untuk mendorong percepatan hilirisasi riset di sektor energi dan pangan, dua sektor strategis yang menjadi fokus kebutuhan masa depan Indonesia.
Pendanaan tersebut diberikan melalui kompetisi PFsains 2025, yang berada di bawah naungan Pertamina Foundation. Tahun ini, Pertamina telah menetapkan 25 pemenang, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dorong Riset Produktif untuk Ketahanan Energi dan Pangan
VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina, Rudi Ariffianto, menegaskan bahwa kompetisi PFsains dirancang untuk membawa hasil riset akademisi lebih dekat kepada implementasi nyata di masyarakat.
“Kompetisi PFsains hadir sebagai bagian dari proses hilirisasi hasil riset para akademisi yang memiliki potensi besar untuk diimplementasikan. Dengan fokus pada pangan dan energi, inovasi tersebut diharapkan bisa langsung menjawab kebutuhan masyarakat dan mendukung arah pembangunan dalam Astacita Pemerintah,” ujar Rudi di Jakarta, Kamis (4/12).
Inovasi Energi Hybrid untuk Komunitas Pesisir
Salah satu tim terpilih adalah Tim Bintang Laut, yang memperkenalkan sistem energi hybrid berbasis ponton apung yang terintegrasi dengan Sea Monitoring System (SMS). Teknologi ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan melalui dukungan energi pada komunitas pesisir.
Melalui dukungan PFsains, prototipe tersebut akan diterapkan di Desa Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur.
Ketua tim, Dr. Dendy Satrio, menjelaskan bahwa sistem hybrid ini menggabungkan panel surya dan turbin angin vertikal Darrieus-Savonius yang mampu menghasilkan energi 2–3 kWh per hari untuk kebutuhan lampu bagan ikan dan sensor kualitas air.
Probiotik EcoGreenWaste: Ubah Limbah Jadi Solusi
Tim Prolowchol menghadirkan inovasi probiotik EcoGreenWaste, berbasis sistem pertanian circular zerowaste. Probiotik ini mampu:
- Menekan pencemaran amonia di kandang ayam
- Mengelola limbah pertanian
- Menurunkan kadar kolesterol telur hingga 60–78 persen
Mereka juga menciptakan alat Photovoltaic Egg Pasteurize Electric Field, teknologi pengawetan telur bertenaga surya yang memperpanjang masa simpan telur dari 7 hari menjadi 42 hari.
Ketua tim, Ir. Brahmadhita Pratama Mahardhika, menyebut bahwa pendekatan sirkular ini membuktikan bahwa limbah dapat menjadi sumber inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Inovasi Rain-to-Drink dari Eco Jawara Indonesia
Inovasi lain datang dari Eco Jawara Indonesia melalui sistem Rain-to-Drink, teknologi ultrafiltrasi yang mengolah air hujan menjadi air bersih dan layak minum. Air hujan dikumpulkan melalui sistem roofbased atau landbased, kemudian diproses melalui beberapa tahapan:
- Penyaringan awal
- Manganese Zeolite
- Membran Ultrafiltrasi
- Karbon aktif
- Spun filter
- Sterilisasi UV
Teknologi ini dirancang portabel dan memanfaatkan panel surya untuk mengoperasikan pompa serta unit UV.
Ketua tim, Niko Abdian, menyebut bahwa inovasi ini diharapkan menjadi solusi untuk krisis air bersih sekaligus mendukung kesehatan masyarakat.
Seleksi Lebih Ketat, Jumlah Pemenang Meningkat
Total 25 pemenang dipilih melalui proses seleksi komprehensif mulai dari administrasi, pitching, wawancara mendalam, hingga penilaian final oleh para ahli Pertamina Grup dan investor eksternal. Jumlah tersebut meningkat dari 16 pemenang pada 2024.
Sejak diselenggarakan pada 2020, PFsains telah menghasilkan 47 inovasi riset.
President Director Pertamina Foundation, Agus Mashud S. Asngari, menegaskan bahwa PFsains menjadi katalis inovasi berkelanjutan.
“Lewat kompetisi ini, kami mendorong lahirnya inovasi yang menjadi fondasi ketahanan energi dan pangan Indonesia. Kami juga akan menghubungkan hasil riset para pemenang dengan Pertamina Grup untuk mendukung program Community Involvement & Development serta capaian PROPER,” tutup Agus.
Sumber Merdeka.com
